Gugatan ini diajukan oleh dua mantan eksekutif Twitter, yang menuduh bahwa perusahaan baru Musk, X Corp., membayar pesangon lebih rendah dari yang dijanjikan.
Elon Musk, CEO Tesla dan pemilik SpaceX, tidak berutang $500 juta dalam bentuk pesangon kepada ribuan mantan karyawan Twitter. Hal ini diputuskan oleh pengadilan federal di San Francisco pada Rabu (11/7), mengakhiri salah satu gugatan terbesar yang diajukan terhadap Musk pasca pengambilalihannya atas platform media sosial tersebut pada tahun 2022.
Dilansir dari Tech Crunch (11/7), gugatan ini diajukan oleh dua mantan eksekutif Twitter, yang menuduh bahwa perusahaan baru Musk, X Corp., membayar pesangon lebih rendah dari yang dijanjikan dalam kontrak kepada sekitar 6.000 karyawan yang dipecat. Dalam gugatan tersebut, para penggugat mengklaim bahwa karyawan yang dipecat hanya menerima maksimal tiga bulan pesangon, meskipun Rencana Pesangon Twitter sejak 2019 menjanjikan hingga enam bulan pesangon untuk karyawan senior.
Para penggugat memperkirakan total pesangon yang seharusnya dibayarkan mencapai lebih dari $500 juta, dengan mengacu pada perlindungan di bawah Undang-Undang Keamanan Pendapatan Pensiun Karyawan Federal (ERISA).
Namun, Hakim Distrik AS Trina Thompson memutuskan untuk membatalkan gugatan class action tersebut. Dalam dokumen pengadilan, Hakim Thompson menyatakan bahwa perlindungan ERISA tidak berlaku dalam kasus ini karena X Corp. memberitahukan kepada karyawan segera setelah pengambilalihan pada Oktober 2022 bahwa mereka yang dipecat hanya akan menerima pembayaran tunai. Oleh karena itu, pemecatan massal yang terjadi pada November tidak tunduk pada rencana pesangon Twitter sebelumnya.
“Kami kecewa dengan keputusan ini dan sedang mempertimbangkan opsi hukum selanjutnya,” kata seorang juru bicara dari firma hukum Sanford Heisler Sharp, yang mewakili para penggugat, dalam sebuah pernyataan melalui email kepada TechCrunch.
Sejak pemecatan massal pada November 2022, X Corp. mengoperasikan Twitter dengan staf yang sangat minimal. Dalam wawancara dengan BBC pada tahun 2023, Musk mengungkapkan bahwa jumlah karyawan Twitter telah dikurangi menjadi sekitar 1.500 orang, dari sebelumnya sekitar 8.000 orang sebelum pengambilalihan, sebagai bagian dari upaya penghematan biaya besar-besaran. Meskipun demikian, X Corp. masih mengalami kerugian finansial, dengan dokumen yang diperoleh Bloomberg menunjukkan kerugian sebesar $456 juta pada kuartal pertama tahun 2023.
Musk masih menghadapi beberapa gugatan lainnya terkait pemecatan massal ini. Mantan CEO Parag Agrawal dan tiga mantan eksekutif Twitter lainnya menuntut $128 juta dalam bentuk pesangon dari X Corp. Sementara itu, gugatan lain dari mantan karyawan senior Twitter menuntut lebih dari $1 juta, meskipun Musk menyatakan bahwa ia tidak pernah menyetujui rencana manfaat tersebut.