News Teknologi

Evolusi lubang hitam Galaksi Bima Sakti

×

Evolusi lubang hitam Galaksi Bima Sakti

Sebarkan artikel ini



Sgr A* terbentuk seperti lubang hitam lainnya, yaitu melalui runtuhnya bintang raksasa atau awan gas besar.

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti, Sagittarius A* atau sering disebut dengan Sgr A*, terbentuk akibat tumbukan dahsyat dengan lubang hitam raksasa lainnya sekitar 9 miliar tahun yang lalu. Sagittarius A*, yang berjarak 26.000 tahun cahaya dari Bumi, memiliki massa empat juta kali lebih besar dari Matahari dan lebar sekitar 23,5 juta kilometer.

Dilansir dari Wion News (14/9), para ilmuwan telah lama kebingungan dengan perilaku Sgr A* yang berputar sangat cepat dan tidak sejajar dengan sumbu galaksi Bima Sakti. Temuan ini memberikan jawaban atas misteri tersebut. Studi yang dipublikasikan pada 6 September 2024 di jurnal Nature Astronomy mengungkapkan bahwa Sgr A* masih menunjukkan efek dari tumbukan kekerasan yang terjadi miliaran tahun lalu.

“Penemuan ini membuka jalan bagi pemahaman kita tentang bagaimana lubang hitam supermasif tumbuh dan berkembang,” kata Yihan Wang, astrofisikawan dari University of Nevada, Las Vegas (UNLV), yang juga merupakan penulis utama studi tersebut. “Putaran Sgr A* yang tidak selaras menunjukkan bahwa lubang hitam ini mungkin telah bergabung dengan lubang hitam lain, secara dramatis mengubah amplitudo dan orientasi putarannya.”

Sgr A* terbentuk seperti lubang hitam lainnya, yaitu melalui runtuhnya bintang raksasa atau awan gas besar, kemudian menelan segala sesuatu yang terlalu dekat dengannya. Proses ini membuat lubang hitam bisa menjadi semakin besar dan pada akhirnya menelan lubang hitam supermasif lainnya.

Menurut co-author studi ini, Bing Zhang, profesor fisika dan astronomi di UNLV, merger besar tersebut kemungkinan terjadi setelah galaksi Bima Sakti bertabrakan dengan galaksi Gaia-Enceladus sekitar 9 miliar tahun lalu. 

“Tumbukan ini terjadi setelah merger galaksi Bima Sakti dengan galaksi Gaia-Enceladus,” jelas Zhang. Para ahli juga menyebut bahwa Bima Sakti telah mengalami beberapa tumbukan dan merger galaksi dalam 12 miliar tahun terakhir. Namun, peran merger lubang hitam dalam pembentukan lubang hitam supermasif masih belum sepenuhnya dipahami.

Lubang hitam supermasif terbentuk ketika galaksi-galaksi bertumbukan, menyebabkan lubang hitam di pusat galaksi tersebut juga bertumbukan dan menyatu. Meskipun demikian, para ilmuwan masih mempertanyakan apakah hanya dengan menelan gas dan debu, lubang hitam bisa tumbuh menjadi supermasif.

Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang sejarah dinamis galaksi Bima Sakti dan peran penting tumbukan galaksi dalam evolusi lubang hitam supermasif.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *