Jet yang meledak dari pusat lubang hitam ini memancarkan energi yang triliunan kali lebih besar setiap detiknya dibandingkan dengan Matahari kita.
Dalam penemuan yang menakjubkan, para astronom mendeteksi semburan jet kembar terbesar yang pernah teramati dari sebuah lubang hitam supermasif. Semburan ini diperkirakan membentang sejauh 23 juta tahun cahaya, setara dengan panjang 140 galaksi Bimasakti yang berjajar.
Dilansir Wion News (22/9), lubang hitam tersebut berada sekitar 7,5 miliar tahun cahaya dari Bumi. Jet yang meledak dari pusat lubang hitam ini memancarkan energi yang triliunan kali lebih besar setiap detiknya dibandingkan dengan Matahari kita.
“Kami telah lama mengetahui tentang struktur yang dibentuk oleh jet dari lubang hitam supermasif di pusat galaksi, namun yang satu ini luar biasa karena tiga alasan,” ujar Martin Hardcastle, anggota tim dari University of Hertfordshire, saat berbicara kepada Space.com.
Pertama, menurut Hardcastle, jet ini adalah yang terbesar yang pernah ditemukan, dengan panjang lebih dari 20 juta tahun cahaya dari ujung ke ujung. Semburan ini membentang dari pusat galaksi induknya hingga ke ruang kosong di antara galaksi-galaksi lainnya.
Kedua, jet ini adalah salah satu yang paling kuat yang diketahui, dengan laju jatuhnya materi yang sangat cepat ke lubang hitam. Terakhir, jet ini ditemukan saat alam semesta baru berusia sekitar setengah dari usia sekarang, periode yang diperkirakan lebih kacau dengan banyak peristiwa yang bisa mengganggu jet-jet tersebut.
Tim ilmuwan yang menemukan struktur raksasa ini memberikan nama mitologis “Porphyrion,” diambil dari mitologi Yunani. Menurut para peneliti, semburan jet yang sangat kuat ini mungkin berperan penting dalam evolusi galaksi di awal alam semesta.
“Para astronom percaya bahwa galaksi dan lubang hitam di pusatnya berevolusi secara bersamaan, dan salah satu aspek kunci dari ini adalah bahwa jet dapat menyebarkan energi dalam jumlah besar yang mempengaruhi pertumbuhan galaksi induk mereka serta galaksi-galaksi lain di sekitarnya,” ujar George Djorgovski, profesor astronomi dan ilmu data di California Institute of Technology (Caltech), dalam pernyataannya.
Penemuan Porphyrion dilakukan menggunakan teleskop radio LOw Frequency ARray (LOFAR). Para ilmuwan menjelaskan bahwa jet raksasa seperti ini memang sudah dikenal, tetapi jumlahnya baru terungkap lebih banyak dengan teknologi observasi baru seperti LOFAR yang memungkinkan cakupan pandang luas serta sensitivitas tinggi terhadap struktur yang lebih besar.
Penemuan ini menunjukkan bahwa dampak dari semburan jet lubang hitam bisa jauh lebih luas dari yang sebelumnya diperkirakan, memberikan wawasan baru tentang bagaimana galaksi dan alam semesta berkembang.