Dengan bantuan AI, situs geolif yang berada di Nazca, Peru mendapatkan 303 geoglif baru. Secara total, sudah ditemukan sekitar lebih dari 700 geoglif yang sudah ditemukan.
Tim peneliti baru-baru ini berhasil menggandakan jumlah geoglif yang diketahui di wilayah Nazca, Peru. Mereka menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), yang mengungkapkan ratusan geoglif baru, menambah dari sekitar 400 geolif yang sudah ditemukan sebelumnya.
Selama enam bulan terakhir, para ilmuwan menggunakan AI untuk memetakan geoglif-geoglif di Nazca Pampa, Peru. Geoglif-geoglif ini, yang dibuat antara 200 sebelum masehi hingga 500 masehi, merupakan gambar besar di permukaan tanah yang hanya dapat dilihat dengan jelas dari udara.
Penelitian ini menggandakan penemuan geoglif sebelumnya yang ditemukan selama seabad terakhir. Dengan bantuan teknologi ini, peneliti menemukan 303 geoglif baru yang tersembunyi, sehingga jumlah total geoglif di wilayah tersebut menjadi lebih dari 700.
“AI mungkin berada di ambang revolusi dalam penemuan arkeologi, seperti halnya pencitraan udara yang telah merevolusi bidang ini,” ungkap tim peneliti dalam makalah yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
Situs Nazca pertama kali ditemukan pada abad ke-20, tetapi hingga saat ini, banyak diantaranya masih tersembunyi. Geoglif ini dibuat oleh masyarakat kuno dengan menghilangkan bebatuan gelap di permukaan untuk menampilkan tanah putih di bawahnya.
Pada tahun 2020, sebuah geoglif berbentuk kucing ditemukan di wilayah ini. Berkat AI, jumlah penemuan baru terus meningkat.
Menggunakan model deteksi objek berbasis AI, tim ilmuwan dapat memisahkan dan mengidentifikasi geoglif-geoglif baru, termasuk 303 gambar figuratif dan 42 geoglif geometris. Teknologi ini mampu menguraikan pola-pola yang sulit dilihat secara manual, memberikan pandangan baru tentang gambar-gambar yang lebih kecil dan tersembunyi.
“Meski data untuk melatih model terbatas, AI terbukti efektif dalam mengidentifikasi geoglif, menawarkan potensi besar bagi masa depan arkeologi,” kata para peneliti.
Penemuan ini tidak hanya mengungkap geoglif-geoglif baru, tetapi juga membantu mengidentifikasi pola-pola yang berbeda. Geoglif besar biasanya menggambarkan hewan dan tumbuhan, sementara yang lebih kecil menggambarkan manusia atau makhluk lainnya, termasuk beberapa figur satwa liar seperti burung, monyet, dan ikan.