Penelitian terbaru menunjukkan bahwa nanoplastik, yaitu partikel plastik yang lebih kecil dari 0,001 milimeter, dapat mengurangi efektivitas antibiotik.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa nanoplastik, yaitu partikel plastik yang lebih kecil dari 0,001 milimeter, dapat mengurangi efektivitas antibiotik. Studi ini dilakukan oleh tim internasional yang dipimpin oleh Lukas Kenner dari University of Vienna, Barbara Kirchner dari University of Bonn, dan Oldamur Hollóczki dari University of Debrecen.
Dilansir dari New Atlas (8/11), mereka menemukan bahwa partikel nanoplastik dapat mengikat antibiotik seperti tetracycline, sehingga mengurangi aktivitas biologisnya. Temuan ini menunjukkan bahwa kehadiran nanoplastik dalam lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan antibiotik untuk melawan infeksi bakteri secara efektif.
Nanoplastik sering ditemukan dalam berbagai bahan seperti plastik polietilena (PE), polipropilena (PP), polistirena (PS), dan nylon 6,6 (N66), yang umum digunakan dalam kemasan dan tekstil. Partikel-partikel ini dapat masuk ke tubuh melalui pernapasan dan berinteraksi dengan antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Penelitian menunjukkan bahwa nanoplastik dapat bertindak sebagai penghambat fisik yang mengurangi ketersediaan antibiotik di dalam tubuh, sehingga mengurangi efektivitasnya dalam melawan infeksi.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa interaksi antara nanoplastik dan antibiotik dapat mempromosikan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena resistensi antibiotik sudah menjadi ancaman global yang semakin meningkat. Nanoplastik dapat menciptakan lingkungan di mana antibiotik tidak lagi efektif, memaksa bakteri untuk berkembang dan bermutasi menjadi strain yang lebih kuat dan sulit diobati.
Dalam studi ini, tim menggunakan model komputer yang kompleks untuk membuktikan bahwa partikel nanoplastik dapat mengikat tetracycline dan mengurangi efektivitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi lokal antibiotik pada permukaan partikel nanoplastik dapat meningkat, yang dapat mempercepat berkembangnya bakteri yang resisten. Model komputer ini membantu peneliti untuk memahami bagaimana interaksi antara nanoplastik dan antibiotik terjadi pada tingkat molekuler, memberikan wawasan penting untuk mengembangkan strategi baru dalam melawan resistensi antibiotik.
Peneliti menekankan bahwa risiko ini terutama terjadi di dalam ruangan, di mana beban nanoplastik dan mikroplastik lebih tinggi dibandingkan di luar ruangan. Partikel nylon yang dilepaskan dari tekstil dapat masuk ke tubuh melalui pernapasan dan berinteraksi dengan antibiotik. Ini berarti bahwa lingkungan dalam ruangan seperti rumah dan kantor mungkin menjadi tempat di mana risiko interaksi antara nanoplastik dan antibiotik paling tinggi.
Sebagai langkah ke depan, peneliti menyarankan agar dilakukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak jangka panjang dari nanoplastik terhadap kesehatan manusia, khususnya dalam konteks penggunaan antibiotik. Mereka juga menekankan pentingnya mengurangi paparan terhadap nanoplastik dengan cara-cara seperti meminimalkan penggunaan produk berbahan plastik dan meningkatkan ventilasi dalam ruangan.
Temuan ini menyoroti pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi polusi plastik untuk melindungi kesehatan manusia. Dengan memahami lebih lanjut tentang bagaimana nanoplastik mempengaruhi efektivitas antibiotik, ilmuwan dapat mengembangkan strategi baru untuk melawan infeksi bakteri dan mengurangi ancaman resistensi antibiotik di masa depan. Penelitian ini menegaskan kembali urgensi untuk mengatasi masalah polusi plastik di tingkat global dan memastikan penggunaan antibiotik yang lebih efektif dan aman.