Microsoft dikabarkan ingin mencari partner teknologi AI yang lebih canggih untuk memberikan hasil yang lebih baik untuk penggunanya, karena kebanyakan pengguna mereka adalah perusahaan.
Microsoft seperti diketahui telah terlibat dengan OpenAI dalam waktu yang lama. Mereka telah menyediakan dukungan finansial dengan total miliaran dolar Amerika dalam bentuk investasi, sementara mereka menggunakan GPT-4 untuk menjalankan sistem AI terbaru di platform mereka, termasuk Copilot dan Microsoft 365 Copilot.
Namun, laporan terbaru mengungkap bahwa Microsoft mulai ingin membebaskan diri mereka dari ketergantungan terhadap OpenAI. Alasannya, mereka ingin mencari sistem AI yang lebih ramah dikantong dan efisiensi.
Seperti diketahui, GPT-4 merupakan model AI paling canggih yang dimiliki OpenAI saat ini. AI tersebut menawarkan kemampuan luar biasa dalam pemrosesan bahasa alami. Namun, Microsoft menganggapnya terlalu mahal dan lambat untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya, khususnya perusahaan besar yang menggunakan Copilot 365.
Dilansir dari laman Gizmodo (24/12), perusahaan software asal Amerika tersebut berharap Copilot dapat memberikan performa terbaik untuk penggunanya, terutama dalam menyerap data perusahaan secara menyeluruh, menyederhanakan pencarian informasi di seluruh aplikasi, meringkas rapat dan email secara instan, serta menghasilkan wawasan bisnis dengan cepat.
Namun, menurut laporan dari Business Insider dan survei oleh Gartner menunjukkan bahwa alat ini sering kali gagal memenuhi ekspektasi tersebut. Dalam survei terhadap 123 pemimpin perusahaan IT, hanya empat responden yang merasa Copilot memberikan nilai signifikan bagi perusahaan mereka.
Kritik lainnya adalah biaya tambahan USD30 per bulan per pengguna, yang dianggap tidak sebanding dengan manfaat yang diberikan. Beberapa pelanggan bahkan menyebut alat ini “hanya gimmick” dan tidak bekerja dengan baik sebanyak 75% waktu penggunaan.
Microsoft mulai melatih model internal yang lebih kecil, seperti Phi-4, untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada OpenAI. Menurut laporan dari Reuters, perusahaan juga sedang mempertimbangkan untuk menggunakan model AI berbasis open-weight.
Langkah ini bertujuan untuk membuat Copilot lebih cepat, lebih hemat biaya, dan lebih terintegrasi dengan kebutuhan pelanggan dan lebih masuk akal dari sudut pandang strategis. Jika AI benar-benar menjadi revolusi generasi berikutnya dalam komputasi, bergantung sepenuhnya pada perusahaan eksternal untuk teknologi inti dapat menjadi risiko besar.
Dengan mengembangkan model internal, Microsoft memiliki kendali lebih besar atas teknologi yang menjadi pusat operasinya.
Microsoft telah menginvestasikan miliaran dolar ke OpenAI dan memiliki perjanjian untuk menerima 75% dari laba OpenAI hingga investasi tersebut mencapai titik impas. Bahkan setelah itu, Microsoft tetap memegang saham besar di perusahaan tersebut.
Hubungan ini memungkinkan Microsoft untuk terus “melakukan perlindungan nilai” terhadap taruhannya, yakni mengembangkan model internal sambil tetap mendapatkan manfaat dari potensi kesuksesan OpenAI.
Meskipun OpenAI saat ini memimpin dengan teknologi mutakhir seperti GPT-4, skeptis menunjukkan bahwa pemenang sejati dalam perlombaan AI mungkin belum muncul. Situasi ini mirip dengan munculnya banyak mesin pencari di tahun 1990-an, yang kemudian digantikan oleh Google.
Dalam konteks ini, langkah Microsoft untuk mengembangkan solusi internal adalah strategi bijaksana. Dengan AI yang terus berkembang, memiliki fleksibilitas dalam teknologi inti menjadi kunci untuk bertahan di pasar.
Langkah Microsoft untuk mengurangi ketergantungannya pada OpenAI menunjukkan fokusnya pada efisiensi dan pengendalian teknologi. Meskipun hubungan simbiosis dengan OpenAI tetap penting, Microsoft tampaknya bersiap untuk bersaing secara independen dalam revolusi AI yang sedang berlangsung.
Dengan investasi yang besar dan strategi yang beragam, masa depan AI dalam produk Microsoft menjadi sesuatu yang menarik untuk diikuti.