Keputusan untuk menyembunyikan “like” ini dimaksudkan untuk mendorong keterlibatan pengguna tanpa merusak citra publik mereka.
Perusahaan media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, tengah bersiap untuk membuat fitur “like” menjadi privat. Perubahan ini berpotensi membingungkan pengguna dalam membedakan antara konten yang mereka favoritkan dan yang mereka tandai.
Dikutip dari TechCrunch (25/5), berdasarkan postingan terbaru dari karyawan perusahaan, keputusan untuk menyembunyikan “like” ini dimaksudkan untuk mendorong keterlibatan pengguna dengan memungkinkan mereka menyukai konten yang kontroversial tanpa merusak citra publik mereka.
Namun, langkah ini dinilai tidak efektif dalam mengatasi masalah yang ingin dipecahkan oleh X, seperti memberikan lebih banyak sinyal bagi algoritma agar dapat mempersonalisasi konten sesuai minat pengguna. Fitur “like” privat ini justru dianggap tidak perlu, mengingat X sudah memiliki fitur bookmark yang memungkinkan pengguna menyimpan postingan secara privat.
Sementara pengguna masih dapat melihat siapa yang menyukai postingan mereka serta jumlah “like” pada setiap postingan dan balasan mereka, “like” privat ini sebenarnya hanya semi-privat karena informasi tersebut tetap diketahui oleh pembuat postingan. Kondisi ini memungkinkan potensi penyalahgunaan data oleh pengguna lain.
Menurut keterangan karyawan X, pengguna tidak lagi bisa melihat “like” yang terkait dengan postingan orang lain, atau menelusuri “like” seseorang melalui tab di profil mereka. Perubahan ini mungkin mengurangi kebiasaan mengintip aktivitas pengguna lain, tetapi juga menghilangkan fitur penemuan yang berguna bagi pengguna baru untuk mengeksplorasi konten yang diminati oleh orang yang mereka ikuti.
Masalah utama dengan fitur “like” adalah perubahan makna dari yang sebelumnya berfungsi sebagai bookmark menjadi tanda dukungan. Sebelum diubah dari ikon bintang menjadi ikon hati, fitur ini lebih mirip “favorit” yang tidak menyiratkan dukungan atau persetujuan terhadap konten tersebut. Perubahan dari bintang ke hati ini mengakibatkan makna yang berbeda dan mempengaruhi cara pengguna menggunakan jejaring sosial tersebut.
Ketika perubahan ini pertama kali diperkenalkan, banyak pengguna menunjukkan ketidakpuasan mereka. Mereka menyadari bahwa ikon hati memberikan makna yang berbeda dibandingkan ikon bintang. Untuk mengatasi masalah tersebut, Twitter kemudian meluncurkan fitur Bookmark untuk menyediakan cara menyimpan konten secara privat.
Kini, dengan rencana perubahan baru dari X, banyak pengguna kembali menyuarakan ketidakpuasan mereka. Di platform X, pengguna mengusulkan berbagai alternatif, seperti membuat “like” privat sebagai opsi, bukan default, atau menekan lama ikon hati untuk memberikan “like” anonim. Beberapa pengguna juga memperingatkan bahwa membuat “like” privat dapat menyebabkan manipulasi, dengan kreator menggunakan bot untuk meningkatkan konten mereka.
Mantan CEO Twitter, Jack Dorsey, juga memberikan pandangannya terkait perubahan ini. Meskipun banyak pendapat Dorsey yang kontroversial, dalam debat “like” vs. bintang, dia menyatakan bahwa perubahan dari bintang ke hati adalah kesalahan. Dorsey menulis di platform X bahwa fitur “like” seharusnya tetap menggunakan ikon bintang.
Jika tujuan X adalah menambah sinyal bagi algoritmanya tanpa mengurangi privasi pengguna, mereka tidak perlu menyembunyikan “like”. Mengembalikan ikon bintang bisa menjadi solusi yang lebih sederhana dan tidak dramatis, sambil tetap mencapai tujuan yang sama.
Perubahan ini masih dalam tahap pengembangan dan belum diketahui kapan akan diterapkan. Namun, reaksi dari komunitas pengguna X menunjukkan bahwa perusahaan harus mempertimbangkan ulang keputusan ini demi kenyamanan dan kepuasan pengguna.