Kompetisi yang didanai oleh Huawei tercatat sebagai yang menawarkan hadiah uang tunai terbesar, tetapi tidak mencantumkan nama Huawei sebagai kontributor finansial.
Meskipun telah dicap sebagai ancaman keamanan nasional oleh pemerintah Amerika Serikat dan masuk dalam daftar hitam, Huawei, raksasa teknologi asal Tiongkok, tetap aktif mendanai penelitian di beberapa universitas ternama di AS. Hal ini terungkap dalam laporan eksklusif oleh Bloomberg yang menyoroti keterlibatan Huawei dalam pembiayaan kompetisi penelitian yang dikelola Optica Foundation, lembaga nirlaba yang berfokus pada pengembangan optik dan fotonik.
Dilansir dari Phone Arena (6/5), kompetisi yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2022 tersebut, telah menyalurkan jutaan dolar untuk mendukung peneliti dari berbagai belahan dunia, termasuk dari institusi akademis AS yang sebelumnya memutuskan hubungan dengan Huawei, seperti Universitas Harvard. Namun, dokumen yang tidak dipublikasikan dan telah ditinjau oleh Bloomberg menunjukkan bahwa Optica tidak diharuskan untuk mengungkap Huawei sebagai sumber dana atau sponsor dari program tersebut.
Menurut laporan tersebut, banyak pelamar dan pejabat universitas yang dihubungi tidak menyadari bahwa Huawei mendukung program tersebut. Pada situs web Optica Foundation, kompetisi yang didanai oleh Huawei tercatat sebagai yang menawarkan hadiah uang tunai terbesar, tetapi tidak mencantumkan nama Huawei sebagai kontributor finansial.
Seorang juru bicara Huawei mengatakan bahwa kerja sama antara Huawei dan Optica Foundation bertujuan untuk mendukung penelitian internasional dan mempromosikan pertukaran akademis, dengan menyebutkan bahwa keberadaan nama Huawei sebagai sponsor dirahasiakan untuk menghindari kesan promosi yang berlebihan.
Liz Rogan, CEO Optica, menjelaskan bahwa kebiasaan donor yang ingin tetap anonim bukanlah hal yang tidak umum, termasuk di kalangan pendonor dari AS. “Tidak ada yang tidak biasa tentang praktik ini,” ujar Rogan.
Huawei tercatat sebagai salah satu penyandang dana terbesar untuk organisasi tersebut dengan kontribusi lebih dari $1 juta sejak dua dekade lalu. Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Google dan Meta, telah menyumbang lebih dari $200.000.
Meskipun kebijakan yayasan ini tidak dipercaya melanggar regulasi Departemen Perdagangan AS yang melarang pertukaran teknologi dengan Huawei, masih terdapat pertanyaan mengenai potensi relevansi penelitian yang didanai untuk pertahanan dan sektor komersial, serta bagaimana Huawei mungkin memanfaatkannya untuk kepentingan rekrutmen dan pembelian properti intelektual.