Pada World AI Conference di Shanghai, Zhang Ping’an, CEO Huawei Cloud, menyampaikan pesan menarik mengenai kemajuan AI Tiongkok di tengah sanksi AS terhadap GPU canggih.
Pada World AI Conference di Shanghai, Zhang Ping’an, CEO Huawei Cloud, menyampaikan pesan menarik mengenai kemajuan AI Tiongkok di tengah sanksi AS terhadap GPU canggih dan teknologi pembuatan chip. Meskipun ada kendala karena terbatasnya akses terhadap prosesor papan atas, Zhang menekankan bahwa Tiongkok dapat terus memimpin dalam AI tanpa hanya bergantung pada chip kelas atas.
Zhang menepis kekhawatiran bahwa pembatasan pada prosesor AI canggih, seperti H100/H200 dan B100/B200 milik Nvidia, akan secara signifikan menghambat pengembangan AI di Tiongkok. Dia menggarisbawahi bahwa kepemimpinan AI Tiongkok tidak boleh bergantung pada chip-chip canggih ini. Mengakui keterbatasan daya komputasi yang dimiliki negaranya saat ini akibat sanksi tersebut, Zhang menyoroti pentingnya kemandirian terhadap teknologi tercanggih.
Dilansir dari Gizmochina (8/7), Zhang menunjuk pada upaya Huawei dalam mengembangkan prosesor seri Ascend 910 untuk aplikasi AI. Dia mengklaim prosesor ini bersaing dengan A100 buatan Nvidia, meskipun analis di Eropa dan AS belum memverifikasi pernyataan ini secara independen. Pembatasan AS terhadap prosesor Nvidia berarti bahwa perusahaan teknologi besar Tiongkok seperti Baidu, Huawei, dan Tencent harus bergantung pada teknologi dalam negeri, yang menurut Zhang sebagai peluang dan bukan kemunduran.
Namun, Zhang menyadari keterbatasan kinerja prosesor dalam negeri. Dia mengakui bahwa prosesor dari Huawei dan Biren Technology, yang diproduksi pada node manufaktur lama, tidak dapat menandingi kinerja AI modern dan GPU komputasi berkinerja tinggi dari AMD dan Nvidia. Selain itu, SMIC, yang memproduksi chip untuk Huawei dan Biren, tidak memiliki akses terhadap peralatan mutakhir, sehingga berkontribusi terhadap kelambanan Tiongkok dalam kinerja komputasi per prosesor.
Untuk mengatasi tantangan ini, Zhang menganjurkan pendekatan holistik yang menggabungkan teknologi cloud, edge, dan jaringan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi konsumsi daya untuk beban kerja AI. Ia menyoroti Huawei Cloud sebagai penyedia layanan AI terkemuka, dan berpendapat bahwa pemanfaatan teknologi cloud dapat mengimbangi kurangnya prosesor AI yang canggih.
Namun, masih belum jelas apakah prosesor Huawei direkomendasikan untuk melatih model bahasa besar secara langsung di Huawei Cloud atau harus dilatih di mesin eksternal dan kemudian diterapkan di Huawei Cloud.
Secara keseluruhan, Zhang menekankan perlunya meninggalkan keyakinan bahwa tidak adanya chip AI yang paling canggih menghalangi kepemimpinan dalam AI. Ia menyampaikan keyakinannya bahwa melalui inovasi dan pendekatan strategis, Tiongkok dapat mempertahankan posisinya di garis depan pengembangan AI meskipun ada sanksi AS yang sedang berlangsung.