Para peneliti di Universitas Beihang Tiongkok sedang mengembangkan drone bertenaga surya yang secara teori dapat bertahan di udara tanpa batas waktu.
Para peneliti di Universitas Beihang Tiongkok sedang mengembangkan drone bertenaga surya yang secara teori dapat bertahan di udara tanpa batas waktu. Mingjing Qi dan rekan-rekannya mengembangkan sirkuit sederhana yang meningkatkan tegangan yang dihasilkan panel surya secara signifikan dan diintegrasikan ke dalam prototipe drone kecil.
Drone semakin banyak digunakan untuk berbagai aktivitas. Mereka telah merevolusi bidang teknologi dengan keserbagunaannya. Namun, waktu penerbangan yang terbatas pada sebagian besar model ini membatasi keserbagunaannya. Namun penelitian aktif sedang dilakukan untuk mengembangkan drone kecil bertenaga surya yang secara teori dapat terbang selamanya.
Dilansir dari Gizmochina (22/7), drone terbaru ini merupakan robot udara dengan berat 4 gram dan ditenagai panel surya. Panel tersebut dapat menghasilkan daya tegangan sangat tinggi yang dapat membuat drone tetap mengudara tanpa batas waktu. Ia menampilkan motor elektrostatis yang tidak biasa dikombinasikan dengan panel surya kecilnya.
Model tersebut merupakan prototipe sekecil burung kolibri dan tercatat hanya beroperasi selama satu jam. Para peneliti di inti drone bertenaga surya mengklaim bahwa pendekatan mereka dapat menghasilkan drone seukuran serangga yang dapat bertahan di udara tanpa batas waktu.
Drone kecil tetap menjadi daya tarik yang menarik untuk banyak aplikasi dan membantu memberikan kedalaman yang lebih besar. Mereka dapat dikerahkan untuk komunikasi, pengintaian, operasi pencarian dan penyelamatan, dan sebagainya. Namun hal ini terhambat oleh masa pakai baterai yang buruk. Di sisi lain, model bertenaga surya masih kesulitan menghasilkan daya yang cukup agar bisa mandiri.
Ketika drone bertenaga surya diperkecil ukurannya, panel surya mereka menjadi lebih kecil, sehingga mengurangi jumlah energi yang tersedia. Peningkatan tegangan panel surya, menurut Qi, adalah antara 6.000 dan 9.000 volt. Mereka juga secara inovatif memilih motor elektrostatik untuk drone tidak seperti yang diperoleh pada kendaraan listrik, quadcopter, dan robot. Sistem propulsi elektrostatik digunakan untuk menggerakkan rotor 10 cm.
Belum ada rincian yang jelas kapan prototipe robot udara kecil bertenaga surya ini akan diubah menjadi model produksi. Namun masa depannya tetap cemerlang karena para peneliti mungkin berada di titik puncak tonggak sejarah teknologi yang besar.