News Teknologi

Ini gambaran tren iklan digital di media sepanjang 2024

×

Ini gambaran tren iklan digital di media sepanjang 2024

Sebarkan artikel ini



Dalam laporan terbaru dari DoubleVerify (DV) mengungkap tren iklan digital media sepanjang awal 2024 secara global.

Selama beberapa tahun belakangan ini, perusahaan media digital menjadi salah satu platform yang paling banyak dilirik untuk menyiarkan iklan atau pesan dari sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan pemasaran secara digital dinilai lebih efektif dari teknik pemasaran lainnya.

Melihat tren ini, DoubleVerify (DV) merilis sebuah laporan bertajuk 2024 Trends Report dan untuk pertama kalinya bersamaan dengan DV Global Insights: 2024 APAC Report. DV sendiri merupakan platform perangkat lunak untuk pengukuran, data, dan analitik.

Analisis ini didasarkan pada lebih dari satu triliun tayangan iklan video dan display yang dilakukan di wilayah Asia Pasifik (APAC), Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA), Amerika Latin (LATAM), dan Amerika Utara. Kurun waktu yang dilakukan adalah antara Januari hingga Desember 2023. 

Laporan ini mencakup analisis pada konten yang diluncurkan pada sejumlah platform, seperti desktop, web seluler, aplikasi seluler, dan connected TV (CTV). Studi ini juga menggabungkan survei global yang dilakukan oleh Sapio, dengan 1.000 responden pengiklan di wilayah tersebut.

Dalam siaran pers yang diterima redaksi Tek.id (1/7), DV menyebut bahwa Kecerdasan Buatan Generatif (Generative AI) mendorong peningkatan signifikan dalam skema dan varian ad fraud baru di tingkat global.

Pada 2023, penelitian DV mengungkapkan peningkatan sebesar 23% dalam skema dan varian ad fraud baru dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pengiklan yang tidak terlindungi secara menyeluruh mengalami tingkat pelanggaran fraud/SIVT (Sophisticated Invalid Traffic) sebesar 17%. 

Lebih lanjut, CTV memiliki tingkat fraud tertinggi di antara semua perangkat di APAC dan 37% fraud/SIVT di APAC terjadi melalui aplikasi seluler, dengan 92% dari seluruh SIVT adware/malware di APAC didorong oleh aplikasi seluler.

Brand suitability violations, meskipun secara umum trennya menurun 6,4% di wilayah Asia Pasifik, namun meningkat sebesar 14% di Asia Tenggara. Hal ini terutama disebabkan oleh tahun yang penuh gejolak dan dipenuhi dengan siklus berita yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara-negara seperti Filipina. 

Namun, laporan tersebut menyebutkan adanya penurunan (17%) dalam brand safety and suitability violation secara global bagi pengiklan DV sebagai hasil dari peningkatan sebesar 41% dari tahun ke tahun dalam penggunaan perlindungan Brand Safety and Suitability khusus pre-bid.

54% media buyer di Asia Pasifik mengatakan peningkatan konten berkualitas rendah dan situs Made-For-Advertising (MFA) merupakan ancaman mengganggu bagi ekosistem digital.

MFA biasanya tampak berperforma tinggi ketika melihat KPI tertentu secara spesifik, seperti click dan viewability, yang dirancang untuk ditingkatkan. Meskipun demikian, DV menemukan bahwa situs MFA memberikan 7% lebih sedikit attention keseluruhan pada iklan display dan 28% lebih sedikit pada iklan video dibandingkan media lain. 

MFA “Tingkat tinggi”, situs yang menunjukkan kriteria MFA paling ekstrem, berada 25% di bawah garis dasar attention. Kemajuan dalam Generative AI kemungkinan akan membuat situs MFA lebih canggih, sehingga menimbulkan tantangan baru bagi pengiklan yang berupaya menjaga integritas brand. Volume tayangan MFA telah meningkat sebesar 19% dari tahun ke tahun secara global seiring dengan kemajuan AI terkini.

Laporan ini juga menggali topik-topik industri yang penting, termasuk peran AI yang luas dalam mentransformasi risiko dan peluang media dan periklanan, peningkatan pesat dalam konten MFA, kebangkitan Retail Media Network (RMN) dengan inventaris khusus, dan kontribusi media buying yang bertanggung jawab. untuk mengurangi emisi karbon.

Beberapa temuan tambahan lainnya dari laporan ini antara lain:

  1. 60% pemasar di APAC mengatakan optimalisasi campaign berbasis AI berdampak positif pada kualitas media.
  2. RMN mengindeks kualitas media secara berlebihan dalam hal brand suitability dan ad fraud, dengan tingkat fraud hampir sepertiga (31%) lebih rendah dibandingkan tolok ukur fraud yang dipantau DV secara keseluruhan.
  3. RMN juga mengalami pelanggaran brand suitability 10% lebih rendah dibandingkan keseluruhan tolok ukur brand suitability DV.
  4. Meskipun visibilitas pada situs dan aplikasi ritel lebih rendah, metrik attention yang lebih luas menunjukkan dampak yang lebih besar terhadap engagement.
  5. 58% pemasar di APAC berencana untuk mengandalkan metrik berbasis attention (attention-based metric) untuk sebagian besar belanja iklan mereka pada tahun 2024.

“Lanskap periklanan digital di Indonesia berkembang dengan pesat, seperti yang dijabarkan di dalam laporan Global Insights terbaru kami untuk wilayah Asia Pasifik, yang menggarisbawahi pentingnya meningkatkan kualitas media di seluruh wilayah,” ujar Head of Sales DoubleVerify Singapore, Indonesia, Philippines, Stephanie King.

“Seiring dengan fraud yang didorong oleh generatif AI, lonjakan inventaris berkualitas rendah, dan ancaman situs Made-for-Advertising, sangat penting bagi pengiklan di Indonesia untuk mengadopsi strategi pengukuran dan perlindungan yang sesuai dengan skala dan kecepatan perkembangan isu-isu ini, demi memastikan budget media buying mereka tidak terbuang sia-sia,” sambungnya.

“Di saat bersamaan, pengiklan juga dapat mengandalkan solusi seperti Scibids AI untuk membantu meringankan pekerjaan manual guna mengoptimalkan kinerja campaign mencapai hasil yang lebih baik di tengah kondisi dinamis saat ini.”



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *