CEO Meta Mark Zuckerberg baru-baru ini membagikan pemikirannya tentang pertumbuhan dan masa depan pusat data yang berfokus pada pengembangan AI.
CEO Meta Mark Zuckerberg baru-baru ini membagikan pemikirannya tentang pertumbuhan dan masa depan pusat data yang berfokus pada pengembangan AI. Menurutnya, kekurangan kartu akselerator AI sedang dalam proses untuk diatasi. Dia mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, mendapatkan GPU yang merupakan kunci pengembangan model kecerdasan buatan merupakan masalah besar karena kekurangan rantai pasokan. Kini sedang dalam proses pengentasan.
Investasi pada pusat data masih tumbuh secara eksponensial. Misalnya, pabrikan ponsel pintar asal Tiongkok, Meizu, baru-baru ini mengalihkan fokusnya dari ponsel pintar ke pengembangan AI dan kemungkinan besar juga sedang membangun infrastruktur utama untuk pengembangan tersebut.
Namun, seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang mulai membangun pusat data mereka dan fokus pada pengembangan AI, kebutuhan daya untuk menjalankan pusat data dapat menjadi hambatan berikutnya.
Dilansir dari Gizmochina (14/5), Mark memberikan gambaran tentang kebutuhan daya pusat data. Saat ini, konsumsi daya keseluruhan dari satu pusat data yang baru dibangun dapat mencapai 50~100MW, atau bahkan 150MW. Ia yakin bahwa pembangkit listrik ini akan tumbuh di masa depan dan mungkin akan ada satu pusat data dengan kebutuhan daya sebesar 300MW hingga 1GW. Untuk konteksnya, ini adalah kapasitas pembangkitan yang setara dengan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Selain itu, pembangunan pembangkit listrik baru dan sistem transmisi adalah “fungsi pemerintah yang diatur dengan sangat ketat.” Artinya, persetujuan pembangunan fasilitas pendukung energi (termasuk pembangkit listrik, gardu induk, dan sistem transmisi tenaga listrik) untuk pusat data berukuran besar akan lebih lambat dan dapat mengakibatkan hambatan pada pengembangan pusat data.
Singkatnya, industri energi berbeda dengan pengembangan AI, dimana investasi modal tidak dapat memberikan hasil dalam waktu singkat, dan pengembangan pembangkit listrik baru jauh lebih lambat dibandingkan pusat data itu sendiri. Perusahaan manajemen investasi infrastruktur digital, DigitalBridge, juga memiliki pandangan serupa. Baru-baru ini dinyatakan pada konferensi pendapatannya bahwa perusahaan akan kehabisan kuota listrik dalam 1,5 hingga 2 tahun ke depan.