Dalam langkah balasan, produsen chip Taiwan MediaTek dan anak perusahaannya HFI Innovation dan MTK Wireless telah mengajukan gugatan terhadap Huawei Technologies.
Dalam langkah balasan, produsen chip Taiwan MediaTek dan anak perusahaannya HFI Innovation dan MTK Wireless telah mengajukan gugatan terhadap Huawei Technologies Co. Ltd. di hadapan Pengadilan Tinggi Inggris dan Wales.
Gugatan tersebut, yang masih dirahasiakan, muncul beberapa hari setelah MediaTek mengungkapkan di Bursa Efek Taiwan bahwa mereka menjadi target tindakan pelanggaran paten oleh Huawei di Tiongkok.
Rincian seputar teknologi spesifik yang dipertaruhkan dalam kedua gugatan tersebut masih dirahasiakan. Namun, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengonfirmasi kepada Intellectual Asset Management (IAM) bahwa kedua kasus tersebut melibatkan paten yang terkait dengan teknologi komunikasi seluler.
Dilansir dari Gizmochina (27/7), sengketa tersebut dilaporkan berasal dari negosiasi yang gagal atas perjanjian lisensi tingkat komponen, yang gagal setelah tiga tahun perundingan. Huawei dilaporkan tengah mengupayakan pendekatan lisensi yang menyimpang dari pendekatan lisensi standar untuk Paten Esensial Standar (SEP) seluler.
Secara umum, lisensi SEP berfokus pada produk akhir seperti ponsel pintar. Namun, Huawei tampaknya tengah mengupayakan strategi lisensi tingkat komponen, yang secara langsung menargetkan chipset.
Alasan perusahaan di balik perubahan ini masih belum jelas. Namun, seorang pengacara anonim mengatakan kepada IAM bahwa “mengingat kedua belah pihak adalah produsen chip 5G, mungkin ada alasan strategis bisnis di balik seni perang ini”.
Sementara itu, sebuah media Tiongkok menyatakan bahwa peralihan Huawei ke lisensi tingkat komponen dapat menjadi strategi untuk mengalihkan tekanan biaya royalti dari produsen ponsel besar seperti mereka sendiri dan Samsung ke pembuat chip seperti MediaTek dan Qualcomm. Hal ini berpotensi memungkinkan Huawei untuk menawarkan harga perangkat yang lebih kompetitif.
Seorang pakar paten anonim berkomentar bahwa perselisihan tersebut mungkin juga merupakan “sinyal bagi Qualcomm bahwa mereka siap untuk mengumpulkan royalti darinya meskipun mungkin tidak segera melakukannya”. Sanksi AS saat ini membatasi kemampuan Qualcomm untuk menjual chip canggih kepada Huawei, tetapi situasinya dapat berubah.