Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil melakukan pencetakan logam 3D pertama di luar angkasa menggunakan printer logam 3D di Stasiun Luar Angkasa.
Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil melakukan pencetakan logam 3D pertama di luar angkasa menggunakan printer logam 3D di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Pencapaian ini merupakan langkah besar dalam teknologi manufaktur di luar angkasa dan membuka jalan bagi misi luar angkasa yang lebih panjang dan lebih jauh.
Dilansir dari New Atlas (11/9), printer logam 3D yang digunakan dalam eksperimen ini dikembangkan oleh Airbus dan Universitas Cranfield di Inggris. Berbeda dengan printer 3D plastik yang telah digunakan di ISS sejak 2014, printer logam ini menggunakan kawat baja tahan karat yang dilelehkan oleh laser untuk membentuk objek. Proses ini dilakukan dalam kotak logam tertutup untuk memastikan keamanan di lingkungan mikrogravitasi.
Pencetakan logam 3D di luar angkasa memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah kemampuan untuk membuat suku cadang, komponen, dan alat-alat sesuai kebutuhan tanpa harus menunggu pengiriman dari Bumi. Hal ini sangat penting untuk misi luar angkasa jangka panjang, seperti eksplorasi Bulan dan Mars, di mana jarak dan waktu pengiriman menjadi tantangan besar.
Eksperimen ini melibatkan pencetakan empat bentuk uji, yang pertama telah berhasil diselesaikan pada bulan Agustus. Meskipun bentuk yang dihasilkan masih kasar, eksperimen ini menunjukkan potensi besar dari teknologi ini. Setelah semua bentuk uji selesai dicetak, mereka akan dikirim kembali ke Bumi untuk analisis lebih lanjut.
Dengan pencetakan logam 3D, misi luar angkasa dapat menjadi lebih mandiri. Astronot dapat membuat suku cadang dan alat-alat yang diperlukan selama misi, mengurangi ketergantungan pada pengiriman dari Bumi. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk membangun struktur di luar angkasa, seperti pangkalan di Bulan atau Mars.
Pencapaian pencetakan logam 3D pertama di luar angkasa oleh ESA adalah tonggak penting dalam eksplorasi luar angkasa. Teknologi ini tidak hanya memungkinkan pembuatan suku cadang dan alat-alat di luar angkasa, tetapi juga membuka peluang baru untuk eksplorasi yang lebih jauh dan lebih lama. Dengan terus berkembangnya teknologi ini, masa depan eksplorasi luar angkasa tampak semakin cerah dan penuh potensi.