Kacamata prototipe ini dilengkapi dengan “nanophotonic metasurface waveguide”, inovasi yang memungkinkan penghapusan kebutuhan akan optik kolimasi yang besar dan berat.
Laboratorium Pengimajian Komputasional Stanford mengumumkan pengembangan prototipe kacamata augmented reality (AR) yang menggunakan teknologi holografik berbantuan AI, menjanjikan perangkat yang lebih tipis, ringan, dan berkualitas tinggi. Walaupun saat ini masih berada di tahap awal dengan bidang pandang yang terbatas sebesar 11,7 derajat, prototipe ini diharapkan dapat memperluas batasan teknologi AR saat ini.
DIkutip dari The Verge (11/5), kacamata prototipe ini dilengkapi dengan “nanophotonic metasurface waveguide”, inovasi yang memungkinkan penghapusan kebutuhan akan optik kolimasi yang besar dan berat. Ini adalah langkah maju yang signifikan dibandingkan dengan sistem AR yang ada di pasaran, seperti Magic Leap 2 dan Microsoft HoloLens yang menawarkan bidang pandang yang lebih lebar tetapi dengan ukuran perangkat yang lebih besar.
Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature oleh tim Stanford, integrasi AI dalam model gelombang fisik baru tidak hanya meningkatkan kualitas visual tetapi juga melakukan kalibrasi otomatis dengan umpan balik dari kamera. Inovasi ini membuka jalan untuk kacamata AR yang dapat dengan mudah digunakan sehari-hari dengan kenyamanan dan fungsi yang lebih baik.
Gun-Yeal Lee, postdoctoral researcher yang terlibat dalam studi ini, menyatakan optimisme terhadap kemampuan unik dan kompak dari sistem AR yang dikembangkan. “Tidak ada sistem AR lain yang dapat membandingkan baik dalam kemampuan maupun kompaknya,” ujar Lee.
Meski masih dalam bentuk prototipe dengan kerangka yang dicetak 3D dan terpasang di meja laboratorium, ambisi Stanford adalah mengubah pasar komputasi spasial yang saat ini didominasi oleh headset realitas campuran berukuran besar seperti Apple’s Vision Pro dan Meta’s Quest 3.
Pengembangan lebih lanjut diharapkan dapat mengarahkan pada produksi massal yang akan mengintegrasikan teknologi ini dalam kacamata standar, memenuhi visi banyak perusahaan teknologi besar seperti Meta yang telah menginvestasikan miliaran untuk mencapai tujuan serupa. Stanford berada di garis depan untuk mewujudkan potensi penuh AR dengan menghadirkan prototipe yang bisa mengubah cara kita melihat dan berinteraksi dengan dunia digital.