News Teknologi

Vorteks kutub Antartika memanjang

×

Vorteks kutub Antartika memanjang

Sebarkan artikel ini



Menurut para ilmuwan, angin barat yang biasanya berputar simetris mengelilingi Kutub Selatan selama musim dingin, membentuk vorteks kutub.

Vorteks kutub di atas Antartika mengalami pemanjangan, sebuah fenomena yang membuat para ilmuwan NASA mencari tahu penyebabnya. Peristiwa ini terjadi setelah rekor pemanasan stratosfer yang memecahkan rekor pada Juli lalu, mempengaruhi pola cuaca global dan berpotensi mengubah tingkat ozon di belahan bumi selatan.

Dilansir dari Wion News (8/9), suhu 15°C tercatat di tengah stratosfer Antartika, sekitar 30 kilometer di atas permukaan es benua tersebut. Suhu ini menandai Juli terpanas yang pernah tercatat di wilayah stratosfer Antartika, jauh di atas suhu rata-rata yang biasanya mencapai minus 80 derajat Celsius (minus 112 derajat Fahrenheit) selama bulan tersebut.

Ilmuwan atmosfer dari NASA Goddard Space Flight Center, Lawrence Coy dan Paul Newman, mengungkapkan bahwa peristiwa pemanasan stratosfer yang tiba-tiba ini terjadi lebih awal dari yang pernah tercatat dalam 44 tahun sejarah pencatatan NASA. Mereka bekerja dengan data asimilasi dan model atmosfer bumi yang dikembangkan oleh Kantor Pemodelan dan Asimilasi Global (GMAO) NASA.

“Peristiwa Juli ini adalah pemanasan stratosfer paling awal yang pernah diamati dalam seluruh catatan GMAO,” kata Coy.

Menurut para ilmuwan, angin barat yang biasanya berputar simetris mengelilingi Kutub Selatan selama musim dingin, membentuk vorteks kutub. Namun, aliran ini terganggu dan menyebabkan melemahnya angin serta perubahan bentuk aliran udara. Alih-alih berputar mengelilingi Kutub Selatan, vorteks menjadi memanjang dan menyebabkan pemanasan stratosfer yang signifikan di atas Antartika.

Peneliti NASA masih menyelidiki penyebab gangguan yang memicu pemanasan stratosfer ini. Variasi suhu permukaan laut dan es laut diduga mengganggu sistem cuaca berskala besar di troposfer yang kemudian merambat ke atas. “Tetapi atribusi mengapa sistem ini berkembang sangat sulit dilakukan,” kata Newman.

Pemanasan stratosfer juga berhubungan dengan konsentrasi ozon yang lebih tinggi di atas Antartika. Perubahan sirkulasi menyebabkan peristiwa pemanasan stratosfer di mana ozon ditarik dari lintang lain menuju wilayah kutub.

Pemanasan stratosfer yang tidak biasa ini tidak hanya berdampak pada pola cuaca lokal, tetapi juga memengaruhi pola cuaca global. Gangguan pada vorteks kutub dapat memicu perubahan signifikan dalam dinamika atmosfer yang mempengaruhi cuaca di belahan bumi lainnya.

Ilmuwan memperingatkan bahwa peristiwa seperti ini dapat menjadi lebih sering terjadi dengan perubahan iklim global, dan pemantauan terus-menerus sangat penting untuk memahami dampak jangka panjang terhadap atmosfer bumi.

“Peristiwa pemanasan stratosfer yang tiba-tiba ini menekankan pentingnya penelitian berkelanjutan terhadap dinamika atmosfer, terutama di wilayah kutub yang rentan,” ujar Newman.

Dengan perubahan yang terus terjadi, para ilmuwan berharap dapat lebih memahami pola-pola cuaca yang kompleks dan memprediksi dampak potensialnya terhadap kehidupan di seluruh dunia.

 



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *